JATIM suarajatim.my.id - Di tengah hiruk -pikuk dunia yang semakin gaduh oleh persaingan dan kepentingan pribadi, hadir satu kekuatan lembut yang sering dilupakan: kasih sayang. Mengas dunia bukan berarti mencintai dunia secara membabi buta, melainkan memancarkan kebaikan, cinta, dan kepedulian kepada semua makhluk. Ini adalah panggilan nurani, bukan sekadar sikap sesaat.
Mengas dunia berarti memulai dari hal terkecil - senyum kepada tetangga, menolong tanpa pamrih, hingga menjaga lingkungan sekitar. Tindakan sederhana seperti itu menciptakan gelombang positif yang bisa menjalar lebih luas dari yang kita bayangkan. Dunia ini tak selalu membutuhkan orang hebat, tapi sangat membutuhkan orang baik.
Banyak yang mengira bahwa untuk mengubah dunia, kita perlu kekuasaan atau kekayaan. Padahal, sejatinya dunia berubah karena hati-hati yang lembut dan tangan-tangan yang ringan membantu. Kasih sayang yang tulus melampaui batas agama, suku, bahkan negara. Ia menyentuh inti kemanusiaan.
Menebar cinta dan kebaikan bukan berarti lemah. Justru di sanalah letak kekuatan sejati. Mengas dunia membutuhkan keteguhan hati di tengah dunia yang terkadang dingin dan sinis. Saat seseorang tetap memilih untuk memaafkan, berbagi, dan peduli, ia sedang menjadi bagian dari solusi peradaban.
Sayangnya, kasih sayang bukan lagi menjadi nilai utama dalam kehidupan modern. Kita lebih sibuk mengejar gengsi ketimbang memberi arti. Karena itu, sudah saatnya kita kembali pada akar - bahwa hidup bukan hanya tentang kita, melainkan tentang sesama. Mengas dunia adalah wujud tertinggi dari kebijaksanaan hidup.
Jika setiap orang bersedia mengas dunia dari dirinya sendiri, dunia akan menjadi tempat yang lebih indah untuk dihuni. Mari kita mulai dari sekarang. Bukan besok. Sebab dunia tidak menunggu—dan setiap kebaikan selalu punya arti.